Selamat Datang di Blog Triana , Semoga bermanfaat;) :)

Kamis, 16 Mei 2013

Simptomatologi



SIMPTOMATOLOGI GANGGUAN JIWA
Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormaladalah akibat dari keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkangejala-gejala klinis yang ditampilkan. Gejala-gejala tertentu yang ditampilkantersebut berbeda dengan yang ditampilkan pada orang-orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk melihat apakah seseorang itu terganggu jiwanyaatau tidak, dapat dipelajari dari gejala-gejala yang ditampilkannya.

Definisi
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala.Simptomatologi gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala-gejalagangguan jiwa. Dalam kerja psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit),mempelajari gejala-gejala sangat penting artinya. Tidak saja untuk menentukan ataumengklasifikasikan gangguan yang dialami penderita, tetapi yang lebih pentingadalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dari gangguan tersebut (etiologi).Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upayauntuk menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala.Suatu gejala hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namununtuk menemukan sesuatu yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukandengan mempelajari gejala-gejalanya.Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanyadibalik atau di bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melaluigejala-gejalanya, sedangkan untuk menemukan sebab-sebabnya harus dilakukanmelalui studi yang mendalam tentang gejala-gejalanya. Dalam pandangan psikopatologi modern, dikatakan bahwa setiap gejala mempunyai arti yang dapatmenjelaskan perkembangan psikodinamik dari penyakit si penderita.Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguansecara keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang terganggu hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi sebenarnya gangguan tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian.Hanya yang lebih dominan atau lebih menjadi pusat perhatian kita pada aspek  pikirannya. Disamping itu, gejala yang dapat dialami atau dilihat dari dalam (misaltakut yang irrasional) atau dapat dilihat dari luar (misal berkeringat dingin pada penderita katatonik).Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakanhasil interaksi antar unsur somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejalaselalu menunjukkan adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku.Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderitagangguan jiwa diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal-hal berikut ini:
1.Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagaidasar pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya(indikasi pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya(ramalan hasil atau akibat suatu penyakit yang diderita seseorang).
2. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayatdan perkembangan gangguan jiwa yang dialami.
3.Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar dalam pengobatan yang cocok baginya.Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusundalam bentuk laporan, diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalamarti luas. Karena itu harus mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusiaitu sendiri, seperti : afek, emosi, cara berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi,dan jalan pikiran), kesadaran, psikomotor, persepsi, fungsi kognitif, termasuk didalamnya persepsi, dan sebagainya. Karena itu pula studi tentang gangguankejiwaan juga mencakup tentang gangguan-gangguan dalam aspek tersebut.Untuk memperoleh data tentang gejala-gejala dalam banyak hal tersebut,caranya dapat dilakukan dengan tes maupun non-tes. Dengan tes misalnya melaluites-tes psikologik (tes intelegensi atau tes kepribadian). Dengan non-tes misalnyamelalui wawancara atau observasi terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitureaksi umum dan sikap badan, ekspresi muka, mata, reaksi terhadap apa yang dikatakan dan diperbuat, reaksi otot, reaksi emosi yang tampak, reaksi bicara, wujudtulisan, dan sebagainya).Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak kooperatif atau tidak mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebabtidak kooperatif atau tidak mau bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang penting dalam pemeriksaan.Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwaadalah untuk menemukan gejala-gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatandiagnosis, pembuatan jenis dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatandan sebagainya.






Gejala-gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,yaitu:
 1.Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkanmakna dan dinamikanya. Misal: terjadi halusinasi berulang-ulang atau pada saat-saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.2.

2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjaditetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dansebagainya.
Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah pentingsebagai berikut:

a.Sindrom
 Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakitaatau gangguan yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c).Ketiga gejala tersebut dapat dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadisifatnya khas dan menunjukkan suatu penyjakit tertentu.
b.Sign
 Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan padaumumnya bersifat objektif (mengenai fisik).


8 komentar: