Selamat Datang di Blog Triana , Semoga bermanfaat;) :)

Rabu, 06 November 2013

DESENSITISASI SISTEMATIS



A.    KONSEP DASAR TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS
Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan secara bertahap stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan. Merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Wolpe (1958), sebagai pengembang teknik desensitisasi berargumentasi bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan respons kecemasan dapat dihapus oleh penemuan respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut. (Misalnya, dengan pengkondisian klasikal).
Systematic desensitization didesain untuk membantu klien yang mengalami phobia. Klien dan terapis pertama-tama membuat daftar tingkatan/ hirarki ketakutan dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Kemudian klien disuruh relax, dan selanjutnya prosedur terapis dimulai (mulai dari imaginal menuju kepada aktual desensitisasi). Teknik ini juga melibatkan relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Siituasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. 
B.     HAKIKAT MANUSIA
Teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral klasikal. Pendekatan behavioral memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat menyesuaikan. Salah satu aspek yang paling penting dalam memodifikasi perilaku adalah penekanannya pada tingkah laku yang didefinisikan secara operasional, teramati dan terukur.
C.     KARAKTERISTIK TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
Adapun karakteristik atau ciri-ciri terapeutik teknik desensitisasi sistematis menurut pendekatan behavioral adalah :
a.       Merupakan suatu teknik melemahkan respon terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan mengenalkan stimulus yang berlawanan (menyenangkan)
b.      Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi
c.       Merupakan perpaduan dari beberapa teknik
D.    TUJUAN TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
Tujuan teknik desensitisasi sistematis adalah :
a.       Teknik desensitisasi sistematis bermaksud mengajar konseli untuk menghilangkan respon kecemasan yang dialami konseli.
b.      Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau masalah sosial.

E.     RELEVANSI TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
Teknik desensitisasi sistematis dalam pelaksanaan terapinya tidak bisa atau harus menggunakan bantuan teknik lain di antaranya adalah teknik relaksasi dan teknik modelling. Menurut teknik relaksasi cara yang digunakan adalah dalam keadaan santai. Stimulus yang menimbulkan kecemasan dipasangkan dengan stimulus yang menimbulkan keadaan santai. Pemasangan secara berulang-ulang sehingga stimulus yang semula menimbulkan kecemasan hilang secara berangsur-angsur. Sedangkan menurut teknik modeling konselor diharapkan berperan sebagai model atau counter propagandis. Desensitisasi umumnya digunakan pada Konseli yang mengalami gangguan kecemasan, akan tetapi sebenarnya dapat juga digunakan untuk mengurangi kemarahan, mengatasi situasi sedih, dan berbagai rasa takut serta masalah-masalah sosial. 
F.      PRINSIP TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
Berawal dari teori atau pendekatan konseling behavior focus perubahan tingkah laku terdiri dari 3 kategori, antara lain :
a.       Memperkuat tingkah laku
b.       Modeling
c.       Melemahkan tingkah laku
Dikarenakan teknik desensitisasi sistematis berawal dari pendekatan behavior, maka prinsip perubahan tingkah laku menurut teknik ini termasuk di dalam kategori melemahkan perilaku. Hal ini disebabkan, permasalahan yang bisa diatasi dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematis seperti phobia, anxiety dan lain-lain tidak perlu untuk dihilangkan sepenuhnya dari diri seseorang. Setiap individu perlu tetap memiliki perasaan-perasaan seperti takut, cemas asal dalam batasan yang wajar atau normal. Jika individu tidak memiliki perasaan-perasaan seperti yang disebutkan di atas maka justru individu akan bermasalah atau tidak normal.
G.    MANFAAT TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
a.       Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain.
b.      Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
c.       Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu.
H.    KENDALA TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
a.       Terdapat Konselor yang masih mendasarkan konseling dengan menggunakan teknik yang berakar pada hukum-hukum belajar
b.      Dalam teknik desensitisasi sistematis perlu melibatkan teknik-teknik lain untuk membantu konseli . Contoh: relaksasi
c.       Teknik ini memerlukan waktu yang lama untuk penerapannya sebab terdapat tahap-tahap atau tingkatan yang berkelanjutan dalam membantu konseli. Misalnya:
-        Tahap I : menghilangkan kecemasan tingkat rendah
-        Tahap II : menghilangkan kecemasan tingkat sedang
-        Tahap III : menghilangkan kecemasan tingkat tinggi
d.      Konselor perlu membuat format-format tertentu yang sangat detail mengenai masalah konseli sesuai dengan tingkatan atau tahapan-tahapan teknik ini.
I.       PROSEDUR TEKNIK DESENSITISASI SITEMATIS
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan. Dan bahwa respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang antagonistic. Perangsangan yang menimbulkan kecemasan secara berulang-ulang disepasangkan dengan relaksasi sehingga hubungan antara perangsangan dengan respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi. Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengankecemasan yang dialami klien. Teknik ini tak dapat berjalan tanpa teknik relaksasi. Adapun prosedur pelaksanaan teknik ini dapat di ikuti lebih lanjut di bawah ini:
a.       Analisis Perilaku yang menimbulkan masalah (kecemasan/ketakutan)
b.      Menyusun Hierarkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan masalah (ketakutan/kecemasan) dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan Konseli.
c.       Memberi latihan-latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki. Kaki konseli diletakkan di atas bantal atau kain wool. Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah.
d.      Konseli diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya seperti di pantai, di tengah taman yang hijau dan lain-lain.
e.       Konseli disuruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan. Bila Konseli sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi Konseli. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan.
f.       Bila pada suatu situasi Konseli merasa cemas/gelisah, konselor memerintahkan Konseli agar membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan rasa kecemasan/ketakutan yang baru saja terjadi
g.      Menyusun Hierarki atau jenjang kecemasan harus bersama Konseli, dan konselor menuliskannya pada selembar kertas.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan sebuah desensititasi tidak berhasil dilakukan. Penyebab kegagalan disensititasi sistematis tersebut antara lain :
1.      Konseli yang mengalami kesulitan dalam melakukan relaksasi.
2.      Tingkatan kecemasan yang tidak relevan atau tidak tepat saat disusun bersama konseli.
3.      Ketidakmemadaian dalam membayangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar